Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information
System (GIS)
8 April 2007
— La An
Tulisanku yang
mangkrak lg, mending aku upload disini
Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS)
adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial atau berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG
adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data
yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja
(Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem Informasi
geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis
(spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di
bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data,
mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan
keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah
yang berhubungan dengan geografi.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual
(analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang
paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual
biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk
tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan
survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual
dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi
(Nurshanti, 1995).
Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi
informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi
komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam
Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki
kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data,
manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis
data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough,
1986 mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis
dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai
tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem
Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu: perangkat
keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU),
hard-disk, dan lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen)
dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama
ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi
Geografis.
Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang
diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari
fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki
lokasi keruangan (Indrawati, 2002).
Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk
mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai
atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam
Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan
merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993).
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan
data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat
digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan
data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta.
Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan
keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik,
bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan
tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa
ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis
merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang
seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan
yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya:
batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data
vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat
(grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data
yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon)
(Barus dan Wiradisastra, 2000).
Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan
informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen
utama yaitu:
1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari
peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis
penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan
lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data
digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak
sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut Anon (2003) basisdata
adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga
dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan
secara bersama oleh pengguna.
2. Penyimpanan
data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah
penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan
pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas).
3. Manipulasi data
dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah
misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak
tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003) mengatakan
bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG
dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan
menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi
4. Pelaporan data
ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model
menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000)
Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan
dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel
angka-angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam
cetak lunak (seperti file elektronik).
Menurut Anon
(2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah:
1. SIG menggunakan
data spasial maupun atribut secara terintegrasi
2. SIG dapat
digunakansebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan
pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi
yang ada dipermukaan bumi.
3. SIG dapat
memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data
4. SIG memiliki
kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapa layer
atau coverage data spasial
5. SIG memiliki
kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut
atributnya
6. Semua operasi
SIG dapat dilakukan secara interaktif
7. SIG dengan
mudah menghsilkan peta-peta tematik
8. semua operasi
SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahaa script.
9. Peragkat lunak
SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain
10. SIG sangat
membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.
Barus dan
Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah alat yang handal untuk
menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital
sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel atau
dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan
meringankan biaya yang diperlukan.
Sarana utama
untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain untuk menerima data
spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan mengintergrasikannya
menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data ini adalah data pengindraan
jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan data spasial yang
susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah
besar. Barus dan Wiradisastra (2000) mengatakan bahwa SIG akan memberi nilai
tambah pada kemampuan pengindraan jauh dalam menghasilkan data spasial yang
besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh tersebut tergantung pada cara
penanganan dan pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang
berguna.